Kamis, 16 Desember 2010

Penutup

Terimakasih pertama - tama kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengizinkan kami menyelesaikan tugas PLH ini. Terimakasih kepada Bapak Guru Pendidikan Lingkungan Hidup kami yaitu, Drs. Endang Haris yang telah memberikan kami tugas ini, sehingga kami dapat mengerjakan sambil memperdalam ilmu pengetahuan dan mengasah kemampuan kami. Terimakasih juga untuk para blogger yang mungkin telah mengunjungi blog kami, semoga dapat bermanfaat. Mohon maaf apabila ada banyak salah penulisan pada blog ini.

Sumber : http://www.google.com

Dampak Erupsi Gunung Merapi


Dampak erupsi Gunung Merapi diperkirakan akan lebih besar dan berpengaruh ke segala arah. Hal ini berbeda dengan erupsi Merapi biasanya yang cenderung mengarah pada satu arah. Warga radius kurang dari 8 kilometer dari puncak Merapi diharap mulai evakuasi anggota masyarakat yang rentan, seperti orangtua, anak kecil, dan orang cacat.
Ahli vulkanologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno, mengatakan, berdasarkan gejalanya, erupsi Merapi tahun ini diperkirakan merupakan tipe vukano murni, yaitu erupsi yang bersifat eksplosif yang disertai letusan dan semburan material ke atas. Dugaan ini muncul karena kubah lava belum terbentuk, padahal aktivitas Merapi sudah pada status awas.
"Material yang terangkat pada tipe ini akan jatuh tersebar ke segala arah. Oleh karena itu, tahun ini jangan terpaku pada pengamanan satu arah saja," katanya di Yogyakarta, Senin (25/10/2010).
Menurut Eko, sebelum tahun 1930, erupsi Merapi diketahui bersifat eksplosif, baru sesudah tahun itu erupsi Merapi disertai pembentukan kubah lava sebelumnya.
Berdasarkan gempa yang sangat tinggi, kata Eko, erupsi Merapi tahun ini juga diperkirakan lebih akan lebih besar dari biasanya, yaitu dengan indeks erupsi tiga besar hingga empat kecil. Pada indeks erupsi ini, volume semburan material akan berkisar antara 0,01 hingga lebih dari 0,1 kilometer kubik.
Pada erupsi-erupsi sebelumnya, indeks erupsi Merapi rata-rata dua dengan semburan material mencapai volume 0,001-0,01 kilometer kubik.
Oleh karena itu, Eko mengimbau masyarakat dan pemerintah segera mempersiapkan evakuasi di segala arah, tidak terkonsentrasi pada arah tertentu saja. Evakuasi perlu segera dilakukan terhadap anggota masyarakat yang rentan, seperti orangtua, anak-anak, dan warga yang cacat.
Eko juga mengimbau agar lokasi pengungsian dilengkapi dengan kandang bersama untuk ternak. Selama ini, ternak menjadi kendala penduduk untuk mengungsi.

Contoh Peristiwa

Di Indonesia, pada tahun 2010 ini terdapat beberapa gunung berapi yang statusnya aktif bahkan yang sudah meletus. Seperti contohnya yang masih hangat menjadi perbincangan masyarakat adalah meletusnya gunung merapi, disusul dengan gunung bromo. Kasus gunung bromo dan gunung merapi tentu saja menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap segala hal. Disini, kami akan sedikit mengungkap tentang Sejarah tentang Letusan Gunung Merapi. Check this out;)

SEJARAH LETUSAN GUNUNG MERAPI

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di bumi Nusantara, sejarah mencatat setidaknya letusan gunung Merapi sudah terjadi sejak 1000 tahun lalu. Dan karena aktivitas Merapi lah yang mengakibatkan berpindahnya kebudayaan kerajaan Mataram kuno ke daerah Jawa Timur.
Selain itu banyak desa dan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu maupun Budha tertimbun abu vulkanik Gunung Merapi, candi-candi tersebut berada di dusun-dusun seperti Kadisoka, Kedulan, dan Sambisari (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Selain itu letusan Gunung Merapi merubah wujud asli Candi Borobudur yang mulanya berada di tengah-tengah danau.
Saat ini Gunung Merapi yang berada di 4 Kabupaten di Jawa Tengah itu mulai beraktivitas lagi, berikut jurnal letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang terekam sejarah.
Tahun 1006 M, menurut Van Bemmelen (1949) Gunung Merapi pernah meletus. Akibat letusan ini sebagian puncak runtuh dan longsor ke arah barat daya, tertahan oleh Perbukitan Menoreh, kemudian membentuk gundukan-gundukan bukit yang dikenal sebagai Gendol Hills.
Letusan di tahun ini menurut Wikipedia tercatat sebagai salah satu ledakan Gunung Merapi paling hebat membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram kuno harus berpindah ke Jawa Timur, karena tersapu lumpur, namun catatan Van Bemmelen ini masih banyak dipertentangkan dikalangan sejarahwan.
Sejarah mencatat sekitar abad 9-11 Masehi, Gunung Merapi kembali meletus. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah korban jiwa dalam letusan kali ini, diduga akibat letusan ini mengakibatkan candi-candi yang berada di kawasan sekitar Jawa Tengah bagian selatan terkubur akibat abu vulkanik ini.
Di tahun 1672 M Gunung Merapi meletus, akibat letusan itu 3000 orang meninggal dunia.
Gunung Merapi kembali meletus dahsyat di tahun 1786, di tahun ini tidak tercatat secara jelas jumlah korban yang tewas akibat ledakan tersebut.
Pada tahun 1822, kembali Gunung Merapi meletus tercatat setidaknya 100 orang meninggal dunia.
Hanya berselang 50 tahun tepatnya di tahun 1872, Gunung Merapi kembali menghamburkan abu vulkanik secara dahsyat akibatnya 200 orang meninggal dunia.
Di tahun 1930 letusan hebat kembali terjadi, kali ini aliran lava, piroklastika, dan lahar hujan, mengguyur dan menghancurkan 13 desa akibatnya 1400 orang tewas akibat peristiwa alam ini.
Selain letusan hebat diatas, setidaknya banyak letusan Gunung Merapi juga terjadi di tahun-tahun tersebut di bawah ini:
Tahun Korban Meninggal Dunia Korban Luka
1832 32 orang -
1872 200 orang -
1904 16 orang -
1920 35 orang -
1930 1369 orang -
1954 64 orang luka 57 orang
1961 6 orang -
1969 3 orang -
1976 29 orang luka 2 orang
22 November 1994 66 orang luka 6 orang
1997 tidak ada korban -
1998 tidak ada korban -
2001 tidak ada korban -
Mei 2006 2 orang meninggal -

Berikut adalah contoh video dari peristiwa meletusnya Gunung Merapi, http://www.youtube.com/watch?v=gfesR992R34

 

Erupsi Plinian

Erupsi Plinian

1822 artist rendition of Eruption of Vesuvius, depicting what the AD 79 eruption may have looked like.
Erupsi Plinian adalah erupsi vulkanik yang bercirikan mirip dengan erupsi dari Gunung Vesuvius 79 SM.
Erupsi Plinian ditandai dengan semburan gas vulkanik dan abu vulkanik yang menyembur tinggi hingga stratosfer, suatu lapisan atmosfer yang sangat tinggi. Karakteristik utamanya adalah pemancaran batu apung dalam jumlah besar dan erupsi letusan gas yang sangat kuat dan berlangsung lama.
Erupsi pendek dapat berakhir kurang dari sehari, tetapi erupsi panjang dapat mencapai beberapa bulan. Erupsi panjang bermula dari pembentukan awan abu vulkanik, kadang-kadang disertai aliran piroklastik. Jumlah magma yang dikeluarkan sangat banyak sehingga puncak gunung mungkin runtuh, menghasilkan sebuah kaldera. Abu halus dapat menyebar hingga area yang sangat luas. Erupsi Plinian sering disertai oleh suara letusan yang nyaring, seperti yang dihasilkan oleh letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Beberapa contoh erupsi Plinian yang menghasilkan kaldera antara lain adalah:
  • Erupsi Gunung Pinatubo tahun 1991 di Luzon, Filipina;
  • Erupsi Gunung St. Helens tahun 1980;
  • Erupsi Gunung Krakatau tahun 1883 di Selat Sunda, Indonesia;
  • Erupsi Gunung Tambora tahun 1815 di Sumbawa, Indonesia;
  • Erupsi Gunung Tarumae tahun 1667 dan 1739 di Jepang;
  • Erupsi Gunung Vesuvius 79 SM, yang menjadi referensi untuk erupsi Plinian.
Lava yang dihasilkan biasanya rhyolitic dan kaya silikat. Lava Basaltic jarang terdapat pada erupsi Plinian, misalnya pada erupsi Gunung Tarawera.

Materi 2 : Erupsi Gunung Berapi

Mekanisme Erupsi
Erupsi gunungapi adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi. Ketika magma bergerak naik, banyak gas dilepaskan, dan tekanan gas itulah yang menimbulkan semburan material volkanik.
Gas yang dilepaskan oleh magma yang naik itu tidak serta merta bisa keluar. Adanya material volkanik di kawah mencegah gas yang lepas dari magma untuk bisa segera keluar. Agar gas dapat keluar, diperlukan adanya tekanan yang cukup. Bila tekanan gas sudah mencapai tahap cukup kuat untuk mendobrak sumbat yang ada di kawah, maka gas akan keluar dengan tekanan yang tinggi. Proses keluanya gas itu kadang disertai dentuman, sehingga kita kadang kita dapat mendengar suara dentuman bersamaan dengan terjadinya semburan material volkanik.
Proses meningkatnya tekanan  gas itu membuthkan waktu. Jebolnya sumbat kawah oleh tekanan gas tergantung oleh laju produksi gas dari magma yang meningkatkan tekanan gas, dan kekuatan sumbat kawah menahan tekanan gas. Makin kuat sumbat kawah, maka makin besar kemungkinan terjadinya erupsi letusan yang kuat.

http://www.youtube.com/watch?v=YYZTF9PHwDE

Ini adalah contoh erupsi.


http://www.youtube.com/watch?v=OowFvnlWI90&feature=related

Ini adalah contoh terjadinya erupsi

Ciri-ciri gunung berapi

Ciri-ciri gunung berapi

Pemahaman paling biasa mengenai gunung berapi adalah gunung berbentuk kon, menghambur lava dan gas beracun dari kawah gunung berapi dipuncaknya. Gambaran ini hanya menggambarkan satu dari pelbagai jenis gunung berapi, dan ciri-ciri gunung berapi adalah lebih sukar. Struktur dan perangai gunung berapi bergantung kepada beberapa faktor. Sesetengah gunung berapi mempunyai kemuncak bergerigih dibentuk oleh kubah lava dan bukannya kawah puncak, sementara yang lain menunjukkan ciri-ciri permukaan bumi seperti tanah tinggi rata yang besar. Lohong yang mengeluarkan bahan gunung berapi (lava, iaitu magma yang keluar kepermukaan, dan abu gunung berapi dan gas kebanyakannya wap dan gas magma boleh didapati dimana-mana sahaja di kawasan tersebut. Kebanyakan lohong ini menghasilkan kon lebih kecil seperti Pu'u 'Ō'ō di sisi gunung berapi Kīlauea, Hawai.

Indonesia - Lombok: Gunung Rinjani - meletus 1995
Gunung berapi jenis lain termasuk gunung berapi cryo (atau gunung berapi air batu), terutama di bulan bagi Jupiter, Saturn dan Neptune; dan gunung berapi lumpur, yang pembentukannya kebanyakannya tidak berkait dengan aktiviti magma yang diketahui. Aktiviti gunung berapi lumpur biasanya membabitkan suhu yang jauh lebih rendah berbanding gunung berapi igneous, kecuali apabila gunung berapi lumpur sebenarnya merupakan lohong gunung berapi igneous.

 

Gunung berapi perisai


Lava menjulur merentasi jalan di Kalapana disebelah timur zon rift gunung berapi Kīlauea di Hawai.
Hawai dan Iceland merupakan contoh tempat di mana gunung berapi mengeluarkan sejumlah besar lava batu basaltik yang beransur-ansur membina gunung lebar berbentuk perisai. Aliran lavanya biasanya amat panas dan cair, menyumbang kepada aliran jauh. Lava perisai terbesar di dunia, Mauna Loa, tersergam lebih 9,000 m dari aras laut, adalah 120 km diameter dan membentuk sebahagian Pulau Besar Hawai, bersama gunung berapi perisai lain seperti Mauna Kea dan Kīlauea. Olympus Mons adalah gunung berapi perisai terbesar di Marikh, dan gunung tertinggi yang diketahui dalam sistem suria. Versi lebih kecil gunung berapi perisai termasuk kon lava, dan timbunan lava.
Letupan senyap menyebarkan lava basaltik dalam lapisan rata. Mendakan lapisan ini membentuk gunung berapi lebar dangan sisi landai yang dikenali sebagai gunung berapi perisai. Contoh gunung berapi perisai adalah Kepulauan Hawai.

Kon bara (Cinder)

Gunung berapi kon atau kon bara terhasil dari letupan yang melontar keluar kebanyakannya kepingan kecil scoria dan piroklastik (keduanya menyerupai bara, dengan itu nama gunung berapi jenis ini) yang bertimbun disekeliling lohong. Ia boleh membentuk letupan singkat yang membentuk bukit berbentuk kon setinggi 30 hingga 400 m. Kebanyakan kon bara meletus hanya sekali. Kon bara mungkin membentuk lohong sisi pada gunung berapi lebih besar, atau bersendirian. Parícutin di Mexico dan Kawah Sunset di Arizona adalah contoh kon bara.

Gunung berapi Strato (Stratovolcanoes)


Berbeza dengan pāhoehoe, Aa adalah istilah berasal dari Polynesian, disebut Ah-ah, bagi aliran lava yang berceranggah, kasar
Gunung berapi Strato (Stratovolcanoes) adalah gunung kon tinggi terdiri daripada aliran lava dan luahan lain dalam lapisan berselang, lapisan yang memberikan namanya. Gunung berapi Strato juga dikenali sebagai gunung berapi sebatian. Contoh klasik termasuk Gunung Fuji di Jepun, Gunung Mayon di FIlipina, dan Gunung Vesuvius dan Stromboli di Itali.

 

 

 

Gunung berapi Super

Gunung berapi Super adalah istilah popurlar bagi gunung berapi besar yang biasanya mempunyai kawah yang besar dan mampu menghasilkan kemusnahan besar kadang-kala pada skala benua. Letupan sebegitu mampu menyebabkan penurunan suhu dunia bagi beberapa tahun berikutnya disebabkan jumlah besar belerang dan abu yang dikeluarkan. Ia mungkin gunung berapi jenis paling merbahaya. Contoh termasuk Kawah Yellowstone di Taman Kebangsaan Yellowstone, Tasik Taupo di New Zealand dan Tasik Toba di Sumatra, Indonesia. Gunung berapi super sukar dikenal pasti berabad berikutnya, disebabkan kawasan yang luas yang diselitupinya. Daerah batu igneous besar juga dianggap gunung berapi super disebabkan jumlah besar lava basalt yang terhasil.

Gunung berapi bawah laut (Submarine)


Lava bantal (Pillow lava) (NOAA)
Gunung berapi bawah laut adalah ciri-ciri biasa pada dasar laut. Sesetengah adalah aktif dan pada laut cetek, menunjukkan kehadirannya dengan melontar wap dan serpihan batu tinggi dari permukaan laut. Kebanyakan yang lain terletak amat dalam sehinggakan tekanan air yang amat berat di atas mereka menghalang letupan pembebasan wap dan gas, sungguhpun ia boleh dikesan melalui hidrofon dan petukaran warna air kerana gas gunung berapi. Letupan bawah laut yang besar sekalipun mungkin tidak mengocak permukaan laut. Disebabkan kesan menyejuk air yang pantas berbanding udara, dan peningkatan daya timbul, gunung berapi bawah laut seringkali membentuk tiang menegak pada lohong gunung berapinya berbanding gunung berapa di daratan. Setelah beberapa lama, ia mungkin timbul pada permukaan laut sebagai pulau yang baru. Lava bantal adalah hasil letupan biasa bagi gunung berapi bawah laut.

Gunung berapi Subglasial


Herðubreið, salah satu tuya di Iceland
Gunung berapi subglasial terbentuk di bawah tutup air batu. Ia terdiri dari lava rata mengalir atas lava bantal dan palagonite yang tebal. Apabila tutup air batu cair, lava bahagian atas roboh meninggalkan gunung rata dibahagian atas. Kemudian lava bantal turut roboh, memberikan sudut 37.5 darjah. Gunung berapi ini turut dikenali sebagai gunung meja, tuya atau (kurang biasa) mobergs. Contoh baik bagi gunung berapi jenis ini boleh dilihat di Iceland, bagaimanapun tuya turut terdapat di British Columbia. Asal istilah ini datang dari Tuya Butte, yang merupakan salah satu dari beberapa tuya di kawasan Sungai Tuya dan Banjaran Tuya di utara British Columbia. Tuya Butte merupakan salah satu bentuk mukabumi yang dianalisa dan dengan itu namanya digunakan dalam penulisan geologi bagi pembentukan gunung berapi jenis ini. (Tuya Mountains Provincial Park) baru-baru ini ditubuhkan bagi melindungi muka bumi yang luar biasa ini, yang terletak di utara Tasik Tuya dan selatan Sungai Jennings berhampiran sempadan Jajahan Yukon.

Rabu, 08 Desember 2010

Klasifikasi dan Isyarat gunung berapi di Indonesia


 Klasifikasi gunung berapi di Indonesia
Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gunung berapi ke dalam tiga tipe berdasarkan catatan sejarah letusan/erupsinya.
  • Gunung api Tipe A : tercatat pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
  • Gunung api Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat lagi mengadakan erupsi magmatik namun masih memperlihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti kegiatan solfatara.
  • Gunung api Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status
Makna
Tindakan
AWAS
  • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
  • Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
  • Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
  • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
  • Koordinasi dilakukan secara harian
  • Piket penuh
SIAGA
  • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
  • Peningkatan intensif kegiatan seismik
  • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
  • Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu
  • Sosialisasi di wilayah terancam
  • Penyiapan sarana darurat
  • Koordinasi harian
  • Piket penuh
WASPADA
  • Ada aktivitas apa pun bentuknya
  • Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
  • Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
  • Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
  • Penyuluhan/sosialisasi
  • Penilaian bahaya
  • Pengecekan sarana
  • Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL
  • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
  • Level aktivitas dasar
  • Pengamatan rutin
  • Survei dan penyelidikan